Aspirasi Listrik Hemat, Sains dan Rakyat
Benarkah kita tidak mungkin membuat listrik hemat, atau bahkan
gratis? mereka yang penuh keraguan akan mengatakan: jangankan listrik
gratis, tarif yang sekarang saja sulit diturunkan. bahkan lebih dari itu, PLN
kini dihadapkan pada dua masalah utama, yakni: (1) masih terjadinya
pemadaman bergilir, dan kualitas layanan yang tidak kunjung membaik; dan
(2) kesenjangan elektrik, yang diperlihatkan masih banyaknya warga yang
belum menikmati aliran listrik, terutama mereka yang ada di wilayah
dimana sumber energi yang menjadi bahan baku pembangkitan berada. Bagi
kita, semua keraguan dan kenyataan yang ada, bukan alasan untuk menolak
diskursus listrik murah. Sebaliknya, kita mengatakan bahwa inilah
momentum terbaik untuk terus menggulirkan gagasan listrik murah bagi
rakyat miskin, bukan untuk menggerakkan debat politik, akan tetapi untuk menggalakkan perdebatan sains. Ruang dialog publik memang terasa kering dari perdebatan yang berbasis pada sains.
Listrik Murah: Tantangan Sains.
Selama ini masalah kelistrikan diakui lebih dominan menjadi masalah
politik, karena persoalan kelistrikan pertama-tama tidak dilihat sebagai
tantangan teknologi (sains), sebaliknya sebagai masalah berkait dengan
politik alokasi anggaran. Para pihak yang berkepentingan saling mengadu
argumentasi tentang apakah tarif dasar listrik harus dinaikan atau
dipertahankan. Dari pihak pemerintah, umumnya mengajukan alasan klasik
mengenai kenaikan biaya dan kebutuhan untuk meningkatkan
pemerataan elektrifikasi, sehingga tarif dasar perlu dinaikan. Di balik
alasan teknis, sesungguhnya termuat maksud mengakomodasi kebijakan
pemotongan subsidi, yang bermuara pada pelucutan peran sosial Negara.
Dari kalangan aktivis sosial dan kekuatan oposisi, secara “monoton”
mengajukan argumen yang relatif sama dari waktu ke waktu, yakni desakan
agar PLN melakukan pembenahan internal, terutama untuk melakukan
efisiensi, sehingga tarif dasar tidak perlu dinaikan.
Suatu debat yang berputar dalam pusaran yang sama, adalah inovasi.
Diperlukan perubahan dalam kerangka berpikir, yakni menggeser lokasi
debat, dari politik alokasi anggaran ke “sains”. Dialog sains
tentu saja tidak dimaksudkan untuk membatasi peserta, sebaliknya lebih
melebarkan. Inti dialog hendaknya mengarah kepada debat mengenai
jenis-jenis teknologi yang paling tepat, berkualitas dan dapat
serta mudah diaplikasikan. Kita berharap ilmuan di bidang ini berlomba-lomba melemparkan pemikiran dan penemuan-penemuan,
ke arena publik dan ke forum keilmuan untuk diuji. Dialog ini
dimaksudkan untuk mentransparansikan kualitas teknologi yang selama ini
dipilih, sehingga publik dapat ikut memberikan penilaian. Lebih dari
itu, publik akan mendapatkan kejelasan mengenai alasan penggunaan suatu
jenis teknologi: pertimbangan keilmuan, ekonomi, atau “politik”.
Pertanyaan dasar yang perlu diajukan: mengapa dalam soal kelistrikan,
teknologi seakan-akan tidak berkembang, dan tidak mampu berkembang
secepat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Padahal kita
mengetahui persis bahwa tanpa adanya gerak maju sains, terutama dalam
upaya penemuan sumber-sumber energy alternatif, penemuan mengenai
bagaimana mendapatkan, mendistribusikan, menkoversikannya ke dalam bentuk yang dibutuhkan, dan memastikan pencegahan kerusakan dan koservasi lingkungan,
maka cepat atau lambat kita akan menghadapi masalah yang sangat besar:
bencana energy. Apakah lambannya perkembangan teknologi kelistrikan,
disebabkan oleh minimnya insentif, dana riset atau faktor politik.
Kejelasan masalah-masalah ini amat dibutuhkan, agar jantung persoalan
dapat dikenali, dan dengan demikian, jawaban yang lebih strategis dapat
digulirkan.
Demokrasi dan Sains.
Tidak perlu diragukan bahwa demokrasi adalah cara untuk mengembalikan
kuasa rakyat: dari, oleh dan untuk rakyat. Selama lebih dari satu dasa
warsa, demokrasi bergerak dengan arah yang kompleks, dan sebagai
akibatnya, sebagian rakyat menjadi tidak sabar: ingin segera menikmati
hasil dari demokrasi, yakni kebebasan, keamanan, keadilan dan
kemakmuran. Hal yang kerap dilalaikan adalah bahwa “politik” dalam
pengertian yang sempit, sesungguhnya hanya sebagian dari kehidupan
rakyat yang kompleks dan dinamis. Selain demokrasi, untuk menggerakkan
dan meningkatkan kualitas kehidupan, diperlukan gerak produksi. Rakyat
bukan saja sumber kedaulatan politik, tetapi juga sebagai kekuatan
produktif, yang merupakan kekuatan utama dalam menciptakan kemakmuran
bagi seluruh bangsa. Disinilah pentingnya sains bagi rakyat, selain
“kuasa politik”.
Sebagai kekuatan produktif, rakyat pada dasarnya adalah “pencipta”
teknologi yang utama, yaitu teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan
tantangan lingkungan yang ada. Pengalaman hidup rakyat dalam
mengembangkan rekayasa, baik di bidang pertanian, konstruksi, dan
berbagai jenis keteknikan, pada dana aspirasi.
dasarnya telah teruji. Hanya saja, hasil
temuan rakyat seringkali menjadi sederhana, remeh, atau bahkan kurang
mendapatkan tempat, ketika berhadapan dengan prosedur ilmu yang tampak
eksklusif. Di masa depan, diperlukan terobosan untuk mengembalikan atau
untuk membekali rakyat dengan sains. Diskursus listrik murah, dapat
menjadi momentum melakukan percepatan dalam inovasi teknologi
kelistrikan, agar seluruh rakyat (khususnya rakyat miskin), tetap dapat
mengakses listrik, sehingga kualitas kehidupan mereka berubah dan lebih
dari itu, akses rakyat terhadap perkembangan ilmu akan semakin mudah.
Rakyat yang sadar sains akan mendorong arena politik untuk membuat
keputusan yang strategis: melakukan investasi sains, berpikir jangka
jauh, dan menghindari politik jangka pendek, transaksional, serta
merendahkan intelegensia rakyat, seperti upaya menyempitkan aspirasi
rakyat dalam konsep dana aspirasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar