Listrik Pra Bayar

Hemat Energi Listrik

Sabtu, 20 Desember 2014

LISTRIK MURAH

 Aspirasi Listrik Hemat, Sains dan Rakyat

Benarkah kita tidak mungkin membuat listrik hemat, atau bahkan gratis? mereka yang penuh keraguan akan mengatakan: jangankan listrik gratis, tarif yang sekarang saja sulit diturunkan. bahkan lebih dari itu, PLN kini dihadapkan pada dua masalah utama, yakni: (1) masih terjadinya pemadaman bergilir, dan kualitas layanan yang tidak kunjung membaik; dan (2) kesenjangan elektrik, yang diperlihatkan masih banyaknya warga yang belum menikmati aliran listrik, terutama mereka yang ada di wilayah dimana sumber energi yang menjadi bahan baku pembangkitan berada. Bagi kita, semua keraguan dan kenyataan yang ada, bukan alasan untuk menolak diskursus listrik murah. Sebaliknya, kita mengatakan bahwa inilah momentum terbaik untuk terus menggulirkan gagasan listrik murah bagi rakyat miskin, bukan untuk menggerakkan debat politik, akan tetapi untuk menggalakkan perdebatan sains. Ruang dialog publik memang terasa kering dari perdebatan yang berbasis pada sains.
Listrik Murah: Tantangan Sains.
Selama ini masalah kelistrikan diakui lebih dominan menjadi masalah politik, karena persoalan kelistrikan pertama-tama tidak dilihat sebagai tantangan teknologi (sains), sebaliknya sebagai masalah berkait dengan politik alokasi anggaran. Para pihak yang berkepentingan saling mengadu argumentasi tentang apakah tarif dasar listrik harus dinaikan atau dipertahankan. Dari pihak pemerintah, umumnya mengajukan alasan klasik mengenai kenaikan biaya dan kebutuhan untuk meningkatkan pemerataan elektrifikasi, sehingga tarif dasar perlu dinaikan. Di balik alasan teknis, sesungguhnya termuat maksud mengakomodasi kebijakan pemotongan subsidi, yang bermuara pada pelucutan peran sosial Negara. Dari kalangan aktivis sosial dan kekuatan oposisi, secara “monoton” mengajukan argumen yang relatif sama dari waktu ke waktu, yakni desakan agar PLN melakukan pembenahan internal, terutama untuk melakukan efisiensi, sehingga tarif dasar tidak perlu dinaikan.
Suatu debat yang berputar dalam pusaran yang sama, adalah inovasi. Diperlukan perubahan dalam kerangka berpikir, yakni menggeser lokasi debat, dari politik alokasi anggaran ke “sains”. Dialog sains tentu saja tidak dimaksudkan untuk membatasi peserta, sebaliknya lebih melebarkan. Inti dialog hendaknya mengarah kepada debat mengenai jenis-jenis teknologi yang paling tepat, berkualitas dan dapat serta mudah diaplikasikan. Kita berharap ilmuan di bidang ini berlomba-lomba melemparkan pemikiran dan penemuan-penemuan, ke arena publik dan ke forum keilmuan untuk diuji. Dialog ini dimaksudkan untuk mentransparansikan kualitas teknologi yang selama ini dipilih, sehingga publik dapat ikut memberikan penilaian. Lebih dari itu, publik akan mendapatkan kejelasan mengenai alasan penggunaan suatu jenis teknologi: pertimbangan keilmuan, ekonomi, atau “politik”.
Pertanyaan dasar yang perlu diajukan: mengapa dalam soal kelistrikan, teknologi seakan-akan tidak berkembang, dan tidak mampu berkembang secepat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Padahal kita mengetahui persis bahwa tanpa adanya gerak maju sains,  terutama dalam upaya penemuan sumber-sumber energy alternatif, penemuan mengenai bagaimana mendapatkan, mendistribusikan, menkoversikannya ke dalam bentuk yang dibutuhkan, dan memastikan pencegahan kerusakan dan koservasi lingkungan, maka cepat atau lambat kita akan menghadapi masalah yang sangat besar: bencana energy. Apakah lambannya perkembangan teknologi kelistrikan, disebabkan oleh minimnya insentif, dana riset atau faktor politik. Kejelasan masalah-masalah ini amat dibutuhkan, agar jantung persoalan dapat dikenali, dan dengan demikian, jawaban yang lebih strategis dapat digulirkan.
Demokrasi dan Sains.
Tidak perlu diragukan bahwa demokrasi adalah cara untuk mengembalikan kuasa rakyat: dari, oleh dan untuk rakyat. Selama lebih dari satu dasa warsa, demokrasi bergerak dengan arah yang kompleks, dan sebagai akibatnya, sebagian rakyat menjadi tidak sabar: ingin segera menikmati hasil dari demokrasi, yakni kebebasan, keamanan, keadilan dan kemakmuran. Hal yang kerap dilalaikan adalah bahwa “politik” dalam pengertian yang sempit, sesungguhnya hanya sebagian dari kehidupan rakyat yang kompleks dan dinamis. Selain demokrasi, untuk menggerakkan dan meningkatkan kualitas kehidupan, diperlukan gerak produksi. Rakyat bukan saja sumber kedaulatan politik, tetapi juga sebagai kekuatan produktif, yang merupakan kekuatan utama dalam menciptakan kemakmuran bagi seluruh bangsa. Disinilah pentingnya sains bagi rakyat, selain “kuasa politik”.
Sebagai kekuatan produktif, rakyat pada dasarnya adalah “pencipta” teknologi yang utama, yaitu teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan tantangan lingkungan yang ada. Pengalaman hidup rakyat dalam mengembangkan rekayasa, baik di bidang pertanian, konstruksi, dan berbagai jenis keteknikan, pada dana aspirasi.
dasarnya telah teruji. Hanya saja, hasil temuan rakyat seringkali menjadi sederhana, remeh, atau bahkan kurang mendapatkan tempat, ketika berhadapan dengan prosedur ilmu yang tampak eksklusif.  Di masa depan, diperlukan terobosan untuk mengembalikan atau untuk membekali rakyat dengan sains. Diskursus listrik murah, dapat menjadi momentum melakukan percepatan dalam inovasi teknologi kelistrikan, agar seluruh rakyat (khususnya rakyat miskin), tetap dapat mengakses listrik, sehingga kualitas kehidupan mereka berubah dan lebih dari itu, akses rakyat terhadap perkembangan ilmu akan semakin mudah. Rakyat yang sadar sains akan mendorong arena politik untuk membuat keputusan yang strategis: melakukan investasi sains, berpikir jangka jauh, dan menghindari politik jangka pendek, transaksional, serta merendahkan intelegensia rakyat, seperti upaya menyempitkan aspirasi rakyat dalam konsep dana aspirasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar